Sunday, February 19, 2012

DECISION SUPPORT SYSTEM DALAM MENDUKUNG PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA PENGAMANAN UNJUK RASA DI IBUKOTA JAKARTA


I.               PENDAHULUAN

a.      Latar Belakang
Dalam era globalisasi, perkembangan teknologi informasi di Indonesia berjalan cukup pesat. Globalisasi yang diartikan suatu proses menyatunya dunia yang meliputi berbagai bidang tata kehidupan dunia mengandung karakteristik adanya perubahan keterbukaan, kreativitas, kecanggihan kecepatan, keterikatan, keunggulan, kekuatan dan kompetisi bebas[1].
Bangsa Indonesia juga adalah masyarakat yang multikulturalisme atau disebut juga masyarakat majemuk, Ciri-ciri yang menyolok dan kritikal dari masyarakat majemuk adalah hubungan antara sistem nasional atau pemerintah nasional dengan masyrakat suku bangsa, dan hubungan di antara masyarakat suku bangsa yang dipersatukan oleh sistem nasional. Dalam perspektif hubungan kekuatan, sistem nasional atau pemerintahan nasional adalah yang dominan dan masyarakat-masyarakat suku bangsa adalah minoritas[2].
Sebagai aparat penegak hukum, pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) wajib melayani kegiatan penyampaian pendapat di muka umum dengan cara mengamankannya agar berjalan aman dan tertib sesuai dengan undang-undang  No. 9 TAHUN 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum.
Unjuk rasa aman dan tertib harus dilayani dan diamankan, sebaliknya unjuk rasa yang telah berubah menjadi huru-hara perlu dikendalikan dengan cara bertindak yang berbeda agar tidak menimbulkan kerugian baik berupa harta benda maupun korban jiwa namun tindakan yang dilakukan oleh Polri harus tetap menghormati dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Perbedaan penanganan ini dilakukan secara bertingkat dan bertahap sesuai perkembangan situasi yang dihadapi atas perintah dan kendali Kapolda yang diatur dalam Peraturan Kapolri (perkap).
Dalam kaitannya dengan penanganan penanganan tindakan kekerasan massa atau penanganan huru-hara sebagai akibat dari perubahan eskalasi situasi unjuk rasa, terdapat dua satuan yang ditugaskan dalam operasi ini, yaitu :
1)   Situasi tertib / Hijau satuan yang ditugaskan yaitu Pengendalian Massa (Dalmas) sesuai dengan Pasal 8 Perkap No. Pol. 16 tahun 2006)
2)  Situasi tidak tertib / Kuning satuan yang ditugaskan yaitu Pengendalian Massa (Dalmas) sesuai dengan Pasal 9 Perkap No. Pol. 16 tahun 2006)
3)  Situasi melanggar hukum / Merah satuan yang ditugaskan yaitu Penanggulangan Huru-Hara (PHH) Brimob bersama Dalmas Lanjut dan Samapta sesuai dengan Pasal 10 Perkap No. Pol. 16 tahun 2006.
Korps Brigade Mobil Polri merupakan unsur pelaksana operasional Kepolisian Negara Republik Indonesia yang memiliki tugas pokok melaksanakan dan mengerahkan kekuatan Brimob Polri guna menanggulangi gangguan kamtibmas berkadar tinggi, utamanya kerusuhan massa, kejahatan terorganisir bersenjata api, terrorisme, bom, KBR (Kimia, Biologi dan Radio aktif), bencana alam dan bersama dengan unsur pelaksana operasional Kepolisian lainnya guna mewujudkan tertib hukum serta ketentraman masyarakat diseluruh yuridiksi NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia ) dan tugas lain yang diberikan.
Jadi berdasarkan Perkab No. Pol. 16 tahun 2006 maka penggunaan Satuan Brimob hanya pada saat penanggulangan huru-hara. Huru-hara terjadi jika ada tindakan pelanggaran hukum yang sifatnya massal, apabila massa sudah mulai tidak dapat diatur lagi / disana-sini mulai terjadi tindakan pelanggaran hukum yang bermacam-macam jenisnya dan bersifat kekerasan (tindakan mengajak atau melakukan pelanggaran hukum, melawan aparan penegak hukum, pengerusakan barang baik fasilitas umum maupun barang pribadi, pengancaman-pengancaman dan lain-lain).
            Kapolda sebagai pengendali dan penanggung jawab pengendalian massa harus memiliki kemampuan sebagai berikut :
a)    Menilai situasi.
b)  Memilih bentuk tindakan yang paling tepat sebagai respon terhadap situasi di lapangan yang berubah secara cepat.
c)    Menentukan tahapan tindakan yang diambil.
d)    Mengelola keputusan yang diambil.
Untuk dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan penilaian situasi tersebut sangat memerlukan dukungan informasi yang cepat dan tepat, Informasi seperti ini sangat cocok didukung oleh sistem aplikasi komputer berbasis Decision Support System (DSS) karena mampu menyajikan informasi secara cepat (real time), tepat dan akurat.

b.    Permasalahan
            Didalam suatu kegiatan unjuk rasa perubahan eskalasi situasi sangat menentukan dalam keputusan untuk mengambil tahapan tindakan mengingat situasi tersebut dilapangan berubah dengan sangat cepat, untuk itu permasalahan yang akan diangkat dalam penulisan ini adalah “ Pemanfaatan Decision Support System guna mendukung proses pengambilan keputusan dalam pengamanan unjuk rasa di ibukota Jakarta”.

c.    Maksud dan Tujuan
            Maksud dari penulisan ini untuk menggambarkan dapat terdukungnya suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Kapolda pada suatu pengamanan unjuk rasa dengan bantuan Decision Support System (DSS).
            Tujuan dari tulisan ini adalah suatu bentuk saran dan masukan bersifat konseptual bagi pimpinan Polri untuk dijadikan suatu acuan yang dapat membantu pengambil keputusan dalam menggunakan data dan model dalam menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur dalam mendukung tugas Polri berbasiskan komputer yang interaktif.

II.      Tinjauan Pustaka

a. Decision Support System
      Decision Support System (DSS) atau Sistem Penunjang Keputusan, secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara khusus, DSS didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semiterstruktur dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu.
     Sistem pendukung keputusan (DSS) adalah suatu sistem berbasis komputer yang menghasilkan berbagai alternatif keputusan untuk membantu manajemen           dalam menangani berbagai permasalahan yang terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menggunakan data dan model[3].
     DSS merupakan suatu sistem informasi yang diharapkan dapat membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa keberadaan DSS bukan untuk menggantikan tugas-tugas manajer, tetapi untuk menjadi sarana penunjang (tools) bagi mereka.
       DSS sebenarnya merupakan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation research dan management science, hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau optimum), saat ini komputer PC telah menawarkan kemampuannya untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu relatif singkat. DSS ini bisa berbentuk sistem manual maupun sistem terkomputerisasi. Namun dalam hal ini ditekankan pada sistem penunjang keputusan yang pelaksanaannya berbasis pada komputer.
       Dari definisi di atas bisa disimpulkan bahwa tujuan DSS dalam proses pengambilan keputusan adalah:

•      Membantu menjawab masalah semi-terstruktur
•      Membantu manajer dalam mengambil keputusan, bukan         menggantikannya
•      Manajer yang dibantu melingkupi top manajer sampai ke manajer     lapangan
•      Fokus pada keputusan yang efektif, bukan keputusan yang efisien.

       Pengambilan    keputusan     adalah pemilihan beberapa tindakan alternatif yang ada untuk mencapai satu atau beberapa tujuan yang telah ditetapkan[4] .
           
            Menurut Turban (1999), komponen Decision Support System (DSS) dapat dibangun dari subsistem berikut ini :

1)    Subsistem Manajemen Data (Data Management Subsystem)
Meliputi basis data – basis data yang berisi data yang relevan dengan keadaan dan dikelola software yang disebut DBMS (Database Management System).
2)    Subsistem Manajemen Model (Model Management Subsystem)
Merupakan sebuah paket software yang berisi model-model finansial, statistik, management science, atau           model            kwantitatif,     yang menyediakan kemampuan analisa dan software management yang sesuai.
3)    Subsistem Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management Subsystem)
Merupakan subsistem (optional) yang dapat mendukung subsistem lain atau berlaku sebagai komponen yang berdiri sendiri (independent).
4)    Subsistem Antarmuka Pengguna (User Interface Subsystem)
Merupakan subsistem yang dapat dipakai oleh user.
           

Gambar 1. Komponen-komponen DSS



Karakter DSS adalah :
·      DSS menyediakan dukungan bagi pengambil keputusan utamanya pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan informasi terkomputerisasi.
·      Dukungan disediakan unfuk pelbagai level, manajerial yang berbeda, mulai dari pimpinan puncak sampai manajer lapangan.
·      Dukungan disediakan bagi individu dan juga bagi group.
·      DSS menyediakan dukungan ke pelbagai keputusan yang berurutan atau saling berkaitan.
·      DSS mendukung pelbagai fase proses pengambilan keputusan: intelligence, design, choice dan implementation.
·      DSS mendukung pelbagai proses pengambilan keputusan dan style yang berbeda-beda, dengan kata lain ada kesesuaian diantara DSS dan atribut pengambil keputusan individu.
·      DSS selalu bisa beradaptasi sepanjang masa. Pengambil keputusan harus reaktif, mampu mengatasi perubahan kondisi secepatnya dan beradaptasi unfuk membuat DSS selalu bisa menangani perubahan ini. DSS bersifat sangat fleksibel, sehingga user dapat menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau mengatur kembali elemen-elemen dasar (menyediakan respon cepat pada situasi yang tak diharapkan). Kemampuan ini memberikan analisis yang tepat waktu dan cepat setiap saat.
·      DSS mudah untuk digunakan. User harus merasa nyaman dengan sistem ini. User-friendliness, fleksibelitas, dukungan grafis terbaik, dan antarmuka bahasa yang sesuai dengan bahasa manusia dapat meningkatkan efektivitas DSS. Kemudahan penggunaan ini diimplikasikan pada mode yang interaktif.
·      DSS mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan (akurasi, jangka waktu, kualitas) lebih daripada efisiensi yang bisa diperoleh. (biaya membuat keputusan, termasuk biaya penggunaan komputer)
·     Pengambil keputusan memiliki kontrol menyeluruh terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah. DSS secara khusus ditujukan untuk mendukung dan tak menggantikan pengambil keputusan. Pengambil keputusan dapat menindaklanjuti rekomendasi komputer sembarang waktu dalam proses dengan tambahan pendapat pribadi atau pun tidak.
·      DSS mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan penyempurnaan sistem, yang mengarah pada pembelajaran tambahan, dan begitu selanjutnya dalam proses pengembangan dan peningkatan DSS secara berkelanjutan.
·     User/pengguna harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem yang lebih besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan sedikit saja bantuan dari spesialis di bidang Information Systems (IS).
·   DSS biasanya mendayagunakan pelbagai model (standar atau sesuai keinginan user) dalam menganalisis pelbagai keputusan. Kemampuan pemodelan ini menjadikan percobaan yang dilakukan dapat dilakukan pada pelbagai konfigurasi yang berbeda. Pelbagai percobaan tersebut lebih lanjut akan memberikan pandangan dan pembelajaran baru.
·     
DSS dalam tingkat lanjut dilengkapi dengan komponen knowledge yang bisa memberikan solusi yang efisien dan efektif dari pelbagai masalah yang pelik.
                               Gambar 2 : Karakteristik dan kemampuan ideal dari suatu DSS

            Karena DSS berhubungan dengan kegiatan pengambilan keputusan, maka kita perlu mengetahui dengan baik bagaimana proses pengambilan keputusan dilakukan. Proses pengambilan keputusan melibatkan 4 tahapan, yaitu:
1.    Tahap Intelligence
            Dalam tahap ini pengambil keputusan mempelajari kenyataan yang terjadi sehingga kita bisa mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah yang sedang terjadi, biasanya dilakukan analisis berurutan dari sistem ke subsistem pembentuknya. Dari tahap, ini didapatkan keluaran berupa dokumen Pernyataan Masalah.
2.    Tahap Design
Dalam tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan, dan menganalisis semua pemecahan yang mungkin, yaitu melalui pembuatan model yang bisa mewakili kondisi nyata masalah. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen Alternatif Solusi.
3.    Tahap Choice
Dalam tahap, ini pengambil keputusan memilih salah satu alternatif pemecahan yang dibuat pada tahap Design yang dipandang sebagai aksi yang paling tepat untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa dokumen Solusi dan Rencana Implementasinya.
4.    Tahap Implementation
Dalam tahap ini pengambil keputusan menjalankan rangkaian aksi pemecahan yang dipilih di tahap choice. Implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sementara kegagalan ditandai dengan tetap adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi. Dari tahap ini didapatkan keluaran berupa laporan Pelaksanaan Solusi dan Hasil-nya.

            Dengan mengetahui keempat tahap proses pengambilan keputusan di atas, kita bisa mengidentifikasi secara lebih baik apa saja yang bisa didukung oleh DSS terutama DSS yang berbasis komputer. Adapun keuntungan dari penggunaan DSS sebagai berikut :

1.   Mampu mendukung pencarian solusi dari masalah yang kompleks.
2.   Respon cepat pada situasi yang tak diharapkan dalam kondisi yang berubah-ubah.
3.   Mampu unfuk menerapkan pelbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi berbeda secara cepat dan tepat.
4.   Pandangan dan pembelajaran baru.
5.   Memfasilitasi komunikasi.
6.   Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.
7.   Menghemat biaya.
8.   Keputusannya lebih tepat.
9.   Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih singkat dan dengan sedikit usaha.
10. Meningkatkan produktivitas analisis.

III.     PENERAPAN DAN IMPLEMENTASI
                     Pengamanan ibukota menjadi barometer bagi kota-kota lain di Indonesia sehingga segala bentuk unjuk rasa beserta elemen-elemennya harus dijadikan sebagai database pada Polda Metro Jaya agar dapat dipelajari untuk dapat mengidentifikasi dan mendefinisikan berbagai bentuk unjuk rasa di ibukota Jakarta.
                     Sesuai dengan pentahapan pengambilan keputusan dalam pengamanan unjuk rasa, untuk tahap intelligence maka DSS ini membutuhkan dukungan data secara cepat dan terukur dari lapangan untuk dipadukan dengan data awal dan data internal yang sudah ada sebelumnya.
                     Data yang diperlukan langsung dari lapangan antara lain berupa : jumlah massa, situasi lalu lintas, cuaca, personel yang ditugaskan dll. Selain itu, untuk mempertajam akurasi informasi, DSS ini juga mengekstrak informasi eksternal, misalnya info dari jaringan media massa terpercaya, atau interaktif langsung dari masyarakat.
                     Pada pentahapan kedua yaitu tahap design yang mana pada tahap ini pengambil keputusan menemukan, mengembangkan dan menganalisis segala kemungkinan pemecahan yang mungkin dilakukan pada pengamanan unjuk rasa di ibukota melalui pembuatan model yang dapat mewakili kondisi nyata permasalahan unjuk rasa yang terjadi sehingga pengambil keputusan memiliki beberapa alternatif solusinya.
                     Tahap choice merupakan langkah memilih alternatif solusi yang telah di design melalui pembuatan model pada tahapan design dimana alternatif tersebut dirasakan yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan pengamanan unjuk rasa yang nantinya akan didapat solusi yang tepat dan rencana implementasinya setelah dilakukan pemilihan alternatif solusi.
                     Pada tahap implementasi pengambil keputusan menjalankan serangkaian solusi atau pemecahan permasalahan yang telah dipilih pada tahap choice dan dapat mengetahui implementasi yang sukses ditandai dengan terjawabnya masalah yang dihadapi, sedangkan kegagalan ditandai dengan tetap adanya masalah yang sedang dicoba untuk diatasi.
                     Implementasi pada kegiatan pengamanan unjuk rasa di ibukota model konseptualnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Barometer memanasnya situasi di ibukota apabila dalam suatu unjuk rasa terjadi suatu bentuk-bentuk kegiatan yang mengarah pada mobilisasi massa yang rawan menimbulkan kekerasan massa dapat dimonitor melalui DSS-DSS yang mengatur lalu lintas diperbatasan kota Jakarta antara lain dapat terlihat pada peningkatan volume kendaraan dan penumpang yang masuk mengarah dari kota Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi ke dalam kota Jakarta.      Hal ini pada tahap intelligence telah ter-input data mengenai peningkatan volume kendaraan dan penumpang yang mengarah dari kota-kota pinggiran Jakarta masuk kearah dalam kota sehingga dapat dipadukan dengan data awal dan data internal yang telah ada. Seluruh Data dan informasi yang masuk diolah secara sistematis. Pertama-tama data dan informasi itu diurai dan diekstraksi berdasarkan variabel-variabel tertentu yang sudah diperhitungkan sesuai dengan model manajemen yang telah dirancang sebelumnya. Selanjutnya informasi itu dikelompokkan dan disimpan agar dapat digunakan pada waktunya. Informasi sesuai dengan variabel model langsung dapat dimanfaatkan untuk mensintesis suatu informasi baru sesuai dengan model.
Sementara sesuai dengan satuan yang ditugaskan dalam penanganan unjuk rasa ini terdapat dua satuan yaitu Dalmas dan Brimob yang mana penurunan pasukan disesuaikan dengan tingkat eskalasi situasi dilapangan yang proses pengambilan keputusannya dilakukan oleh Kapolda dibantu dengan DSS. Dengan DSS ini maka dapat peroleh beberapa desain berupa model yang dapat dihasilkan alternatif-alternatif pemecahan permasalahannya yang dapat memudahkan Kapolda dalam proses pengambilan keputusan. Misalnya, model massa unjuk rasa. Beberapa variabel yang terkait model ini antara lain nama elemen massa aksi, nama penanggung jawab, nama orator, nama korlap, bentuk kegiatan, alat peraga yang dipergunakan, tema atau isu yang di-angkat, tuntutan, jumlah massa, kondisi massa aksi mencakup emosi, motivasi, sikap, kemampuan, militansi dan opini.
Ditahap choice inilah terjadi komunikasi antara pengguna atau Kapolda dengan DSS yang berarti menyediakan antar muka sehingga pada tahap inilah Kapolda melakukan pengambilan keputusan dengan dibantu oleh opsi-opsi yang telah disediakan DSS tadi, apakah situasi masih dapat dikatakan Hijau atau sudah bergeser ke Kuning yang artinya sudah mulai ada Dalmas lanjutan bahkan malah situasi sudah pada level Merah yang mengharuskan PHH Brimob diturunkan ke tempat pengamanan unjuk rasa tersebut.
Hasil pengambilan keputusan oleh Kapolda berdasarkan komunikasi dengan DSS kemudian di implementasikan pada situasi yang ada, bila pilihan sukses maka permasalahan yang dihadapi terjawab namun apabila pilihan yang diimplementasikan oleh Kapolda salah maka akan tetap ada permasalahan yang harus dihadapi.

IV.     Kesimpulan dan Rekomendasi

a.         Kesimpulan
            Proses pengambilan keputusan oleh Kapolda mendapat suatu kemudahan dengan telah tersediannya option-option yang telah diolah oleh DSS sehingga tingkat keefektifan akan semakin tinggi.
            Akurasi informasi yang disajikan oleh DSS sangat tergantung kepada data yang masuk, baik yang berasal dari data awal, data internal, data eksternal maupun data lapangan, serta model-model yang digunakan.
            DSS tidak mengambil keputusan namun pengguna atau Kapolda dalam konteks permasalah inilah yang mengambil keputusan dibantu oleh DSS yang menilai situasi secara real time.

b.         Rekomendasi
            Perlunya dukungan anggaran untuk melengkapi sarana dan prasarana agar DSS dapat beroperasi dengan disertai dengan kebijakan pimpinan mengenai pengoperasian DSS.
            Peningkatan kemampuan personil Polri dibidang pengoperasian aplikasi DSS dengan memberikan pelatihan-pelatihan secara rutin dan up to date.
            Diperlukannya suatu penyusunan database yang lengkap selengkap-lengkapnya guna dijadikan keputusan yang diambil oleh pimpinan semakin efektif.


DAFTAR PUSTAKA


Indrajani. (2011), Pengantar dan Sistem Basis Data. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
McLeod, Raymond Jr. and Schell, George. (2004). Sistem Informasi Manajemen, 8th edition. Prentice-Hall, Inc. PT Indeks, Jakarta.
Parsudi Suparlan (2008). Masyarakat Majemuk,Masyarakat Multikultural, dan Minoritas : Memperjuangakan Hak-hak Minoritas. Workshop Yayasan Interseksi. Jakarta.
Turban, Efraim. (1995). Decision Support and Expert Systems, fourth edition.
Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.

















[1] Turban, Efraim. (1995). Decision Support and Expert Systems, fourth edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.

[2] Parsudi Suparlan (2008). Masyarakat Majemuk,Masyarakat Multikultural, dan Minoritas : Memperjuangakan Hak-hak Minoritas. Workshop Yayasan Interseksi. Jakarta.
[3] McLeod, Raymond Jr. and Schell, George. (2004). Sistem Informasi Manajemen, 8th edition. Prentice-Hall, Inc. PT Indeks, Jakarta.

[4] Turban, Efraim. (1995). Decision Support and Expert Systems, fourth edition. Prentice-Hall International, Inc. New Jersey.

No comments:

Post a Comment